I'm Broken Home, and I'm Strong~



Hari minggu adalah hari yg pas untuk bermalas-malasan, untuk anak-anak sekolah terutama bagiku. Anak kost yang jarang mandi saat hari minggu dan jarang ada kegiatan. Aku lebih gemar menyaksikan film humor kesukaanku dan membaca buku berjam-jam dikamar kost ku. Aku lebih suka keluar saat sore hari atau malam hari, sekedar untuk mencari makan sambil refresing, bisa dibilang aku seperti kelelawar, siang dirumah malam keluar.

Pagi itu kunyalakan tv sambil mencari-cari chanel favorite dengan remot yang sudah diikat dengan karet gelang (maklum remotku sering jatuh karena aku orangnya ceroboh).

“Loh kok acara gosip sih, Shinchan udah abis ya?!”

Kartun shinchan adalah kartun favotitku, tapi pagi ini aku ketinggalan lagi, filmnya sudah terlanjur habis dan berganti dengan acara gosip tentang selebriti yang menurutku tidak terlalu penting atau bisa dibilang memang tidak penting.

Tapi anehnya aku juga sering tertarik dengan acara gosip tersebut, kurasa ratingnya juga tinggi. Meskipun terkadang yang diberitakan hanya hal-hal yang tidak penting, seperti kemewahan rumah dan barang-barang artis, kegiatan-kegiatan mereka, siapa pacar mereka, atau setiap urusan percintaan mereka secara detail dibicarakan. Seolah hal itu sangat berguna bagi nusa bangsa dan negara.

Akupun dengan fokus menyaksikan acara gosip tersebut, mendengarkan setiap kata dari presenter yang biasanya dibawakan oleh seorang perempuan.

“Ya udalah ga ada Shinchan gosippun jadi’

‘Ada apa sebenarnya dengan bathera rumah tangga Musdalifah dan Nashar? Benarkah ada orang ketiga dalam hubungan meraka?” ucap presenter cantik itu yang sedang membahas tentang rumah tangga Nashar dan Musdalifah yang kabarnya sedang di ambang perceraian.

Aku mengerenyitkan dahi dan menirukan suara presenter yang sangat serius itu, lalu menjawab “HANYA TUHANLAH YANG TAHU”

Entahlah mengapa artis sering kawin cerai, seolah pernikahan yang suci adalah sebuah permainan bagi mereka, selalu saja ada pemberitaan tentang artis yang kawin cerai. Hingga aku cukup bosan mendengarkannya. Moodku langsung berubah setelah mendengar kata “Cerai” tv langsung kumatikan, meskipun gosip sedang panas-panasnya diberitakan, tapi aku benar-benar sudah tidak tertarik lagi melihat gosip itu.




Jika dipikir-pikir bukan hanya artis yang sering kawin cerai, masyarakat biasapun sudah banyak yang kawin cerai. Salah satunya adalah kedua orang tua ku. Aku adalah salah satu contoh korban akibat perceraian, dari sekian banyak anak-anak broken home. Ya istilah kerennya BROKEN HOME.

Aku tidak tahu bagaimana kedua orang tuaku berpisah, waktu itu aku masih kecil, kira-kira umurku masih dua tahunan. Untuk kelanjutan ceritanya masih cukup panjang.

Setelah mematikan tv, aku bergegas mengambil handuk yang digantung dibalik pintu. Kuambil handphoneku, dan mencari nama Becky di daftar kontak, untuk mengiriminya pesan.

“Beck hari ini lu dikosan? Lagi nganggur gak?”
Aku langsung meninggalkan hp tanpa menunggu balasan dan kekamar mandi untuk mandi (yaiyalah buat mandi masa buat nari balet)

“Syuuuuuur. . . .”
Air shower menyiram rambut dan seluruh tubuhku

“Uuuuh seger banget”

Baru saja aku selesai mandi.

“Tuk..tuk.. tuk..” suara orang mengetuk pintu.

“Siapa?” tanyaku.
Namun tidak ada yang menjawab.

“Tuk..tuk.. tuk..” ketukan itu semakin keras.

“Hei siapa?? Ucapku dengan lantang. Namun ia tetap diam.

Aku yang saat itu masih mengenakan handuk sedikit khawatir. Aku langsung berlari kekamar dan ganti baju secepat kilat, tanpa menyisir rambut.

Ketukan itu semakin keras “Tuk..Tuk.. Tuk..” aku lansung mengambil batu ulekan di dapur dan memegang sapu untuk berjaga-jaga. Tanpa bersuara aku membuka pintu pelan-pelan.

“Baaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
Jantungku berhenti sejenak karena kaget.

“Aaaaa Anjir lu beck” refleks aku memukul mukuli dan mencubit lengan Becki.


“Hahahahaha, lu sih ke sms gua tapi pas dibales malah gak dibales balik, yaudah gua samperin aja ke kostan lu”

“Rencananya tadi mau ngajak lu ke toko buku, tapi gua mau mandi dulu”

“Oooh seperti ityuuuuh” jawabnya sambil menirukan gaya bicara ala-ala Syahrini.

“Jadi mau gak?”

“kita ke perpustakaan aja, udah bukunya banyak, boleh minjem, gratis pula” ucap Becky sambil nyengir lebar.

“Masuk akal, ide bagus tuh sekalian ngehemat juga nih, udah tanggal tua”

“Siiiiip”

Otak anak kostpun muncul dibenak kami, anak kost memeang harus mandiri dan juga pintar menghemat uang. Jika tidak, bisa-bisa kami nggak makan karena duit bulanan sudah habis duluan sebelum waktunya.

Becky adalah salah satu sahabat terbaiku, kami sudah berteman sejak kami Smp kelas 1 hingga saat ini saat usia kami sudah 17 tahun dan  tengah menduduki kelas 3 SMA semester akhir. Dulu saat pertama kali aku mengenal Becky aku tidak terlalu menyukainya, karena kupikir ia terlalu kecentilan, namun lama kelamaan aku menyukainya hingga akhirnya jadi sahabat dekat. Aku terkadang berfikir bahwa aku cukup aneh karena setiap orang yang awalny kubenci biasanya malah jadi teman dekatku. Aku dan Becky sama-sama bersekolah di SMA Santo Yosef Jakarta. Selama berteman  kami tidak pernah bertengkar, mungkin belum, tapi kuharap itu tidak akan pernah terjadi.

“Keke, dandannya cepetan dikit dong”
Namaku sebenarnya Eunike Polii, Keke adalah nama panggilanku.

“Iya ini udah”

“kita ke perpustakaan umum yang deket taman aja ”

“iya yang itu aja deket, kita jalan kaki aja ya, siapa tau ada cowok ngajak kenalan terus minjemin payung warna ping kaya di drama-drama korea gitu hehee”  Krik krik krik.

“Lucu” (ledek Becky yang berarti itu garing banget).



Saat diperpustakaan aku melihat sebuah gitar akustik yang sangat keren dan unik bagiku, bermotif kotak-kotak seperti kemeja, dengan warna putih dan hitam. Sepertinya gitar itu mahal, gitar itu  tergeletak di kursi panjang tempat orang-orang membaca, mungkin pemilik gitarnya sedang mencari buku.

Ku ambil buku di rak ketiga yang berjudul “The Art of Loving” yang ditulis oleh psikolog terkemuka Mazhab Frankfurt, kubaca lembar demi lembar halaman buku tersebut, kubaca sambil duduk bersila dilantai, aku memang lebih suka duduk dilantai daripada dikursi. Buku ini sangat menarik. Buku ini bukan buku yang sekedar asal bercerita, tapi memang memiliki makna yang cukup dalam.

Ini adalah kutipan yang kusuka dari buku ini, sampai-sampai ku jadikan status di facebook hehehe.

“Banyak orang merasa dirinya mencintai orang lain: kekasihnya, orangtuanya, anaknya, muridnya, dan seterusnya. Tapi sesungguhnya ia mencintai dirinya sendiri, kepentingannya, dan egonya. Maka tidak heran jika banyak hubungan gagal. Terutama dalam masyarakat modern ini”.  Ya kurasa memang benar begitu.

“Oh my God buku ini Horor banget” ujar Becky cukup lebay sambil menunjukan buku itu.

“Mau denger cerita yang lebih Horor lagi gak?”

“Apaan?” tanyanya dengan penasaran.

Aku diam dan toleh kanan toleh kiri melihat sudut-sudut perpustakaan, Becky pun ikut-ikutan menirukan gerk gerikku.

“Kenapa sih ke?”

“Ceritanya...... BESOK SENIN”

“Haah iya yaaah, ya Allah pake diingetin lagi, males banget gua sekolah, besok ada Mtk lagi.

“Hahaha Nah tuh kan horor”
Hari senin memang cepat sekali datangnya, sedangkan hari minggu sangat lama datangnya namun cepat sekali selesainya. Ya seperti hari ini.

Saat kami hendak pulang, aku melihat laki-laki menyandang gitar yang kulihat tadi, namun aku tidak sempat melihat wajahnya. Aku hanya melihatnya dari belakang. Ia orang yang rapi, ia mengenakan jaket levis dan jins hitam, dengan rambut yang klimis dan berkilau karena memakai minyak rambut. Mirip rambut di iklan-iklan Shampo,  hahahaa, wangi farfumnya khas laki-laki sekali (Tentu saja, aneh kalo dia memakai farfum wanita)  sepertinya ia juga seumuran denganku. Sungguh aku penasaran dengan wajahnya.
“Bulan-bulan ini kalian harus belajar ekstra. Kurangi main-main dan keluyuran tidak jelas diluar sekolah, ujian tinggal satu bulan lagi”  wali kelas mengingatkan kami tentang UN yang akan berlangsung sebentar lagi.

“iya buuuk”

“Jangan sampai kalian menyesal karena tidak lulus” tegasnya.

“kriiiiiiiink” bunyi bel istirahat mengakhiri pelajaran sekaligus mengakhiri ceramah dari wali kelas kami.

Hari itu seperti biasanya kantin selalu ramai dengan para pelajar yang kelaparan termasuk aku hehee.

“Bude, mie gorengnya satu de”

“Iya iya pake telor gak?”

“gak de, duitnya kurang hehee”

Aku duduk bersama teman-temanku Tasya, Yelti, April, dan Indah. Becky tidak ikut soalnya kami beda kelas.

“Gua takut ga lulus” Kata April cemas.

“Pasti lulus kok” jawabku dengan santai.

“Lulus sih lulus tapi kalo ga belajar nilainya pasti pas-pasan” sambung Yelti.

“Yang menjamin kita pasti lulus itu siapa? Tahun kemaren aja ada 2 kakak kelas yang gak lulus”  Ucapan Tasya membuat kami khawatir, apalagi aku malas dan jarang sekali belajar, tapi bukan itu yang paling kutakutkan.

Aku takut setelah lulus SMA aku tidak tau akan kemana jika tidak diterima di perguruan tinggi negeri, ayahku hanya akan menguliahkanku jika aku kuliah di perguruan tinggi negeri.

“Kalo udah lulus kalian mau ngapain?”

“Gua sih mau tes kuliah di medan” ucap Tasya.

“Kalo gua sama Indah udah sepakat pengen tes kuliah di UGM  jogjakarta” ucap Yelti dan Indah pun menganguk, mengiakan ucapan Yelti.


“Kalo gua, udah capek belajar gua males kuliah” sambung April

“Terus elu mau ngapain? Masang tenda biru?” tanyaku.

April tersenyum dan menjawab
“Gua mau tes jadi tentara”

“COCOK” Kami menjawab serentak, karena profesi itu memang sangat cocok untuknya, untuk wanita yang paling tomboy di antara kami berlima.

“Kalo elu ke mau ngapain?” tanya Yelti.

“Gua mau kuliah sambil kerja, itu pun kalo lulus tes di negeri, kalo enggak gua kerja dulu aja”

“tes dimana?”
Di UI sama di UNSRI

“Mau jadi apapun kita, dimanapun kita, semoga kita jadi orang berhasil dan gak pernah saling lupain” Ucap April.

“iya, semoga kalian beruntung dengan pilihan kalian guys”

“Amiiiin” jawab Tasya, Yelti, April, dan Indah serentak.



Hari itu pun tiba, pengawas membagikan soal unjian Bahasa Indonesia. Semuanya sudah kupersipkan dengan matang, dan siap menjawab soal-soal tersebut. Aku mengisi jawaban tanpa beban, anak-anak lain juga, mereka fokus mengerjakan soal meskipun sesekali garuk-garuk kepala karena soalnya panjang dan membingungkan. Semuanya berjalan lancar, sampai ujian di hari terakhir.

Anak-anak berlarian menyerbu papan pengumuman kelulusan sambil berteriak penasaran. Sampai-sampai aku sulit bernafas karena berdesak-desakan. Ada juga yang masih sempat memfhoto papan pengumuman itu. Ada pula yang sampai sujud syukur karena namanya tertulis dipapan kelulusan.

Dengan cepat aku mecari namaku diantara nama-nama yg tertulis dipapan pengumuman.
“Tuh kan lulus” aku hanya tersenyum saat menemukan namaku , yang pastinya aku gak sampai nangis-nangis dan pingsan karena terlalu bahagia, please deh itu drama banget, kalo sampai aku ngelkuin hal itu. 


Malam itu aku menghubungi Ayahku. Nama kontaknya tertulis “Boss(Bpk)”

“Tuut... tuut.. tuu.. Halo nak?”

“Pak lusa kami perpisahan, bapak dateng ya masa mamanya Becky terus yang jadi wali aku”

“Emmm, nanti bapak usahain, tapi bapak gak janji. Kalo bapak ada kerjaan bapak ga bisa dateng”

“Usahain bisa dateng ya pak, soalnya ini perpisahan kelulusan”

“Iya iya nak”

“Udah dulu pak, Asalamualaikum”

“Kamu ini ke, tadi sebelum nelpon gak ngucapin salam, eh selesai nelpon baru ngucapin salam”

“Hehehee lupa pak, udah dulu ya, tuut. .”

Sebenarnya aku orang bandung dan ayahku tinggal disana, tapi aku sudah lama mengidolakan SMA Santo yosef sejak aku masih SMP, jadi saat SMA aku rela jadi anak kostan demi bersekolah disana. Lagipula aku tidak terlalu senang tinggal dirumah bersama ibu tiriku, aku fikir ia terlalu cerewet.

Sejak kedua orangtuaku berpisah aku ikut ayahku, aku punya dua adik laki-laki dari ibu baruku, mereka sudah kuanggap adik kandungku sendiri. Ibu kandungku bekerja di batam dan juga sudah memiliki suami baru, namun ia belum dikaruniai anak.

Sejak aku kecil semua serba ayah, saat aku sakit ayah yang mengurusku,yang memberiku kasih sayang,yang selalu menghiburku. ia ayah sekaligus ibu bagiku, dan yang pasti ia adalah satu-satunya laki-laki yang tidak akan pernah menyakiti hatiku seperti mantan-mantanku.
 
Aku sudah terbisa hidup tanpa ibu, ia jarang pulang dan menjenguku. Bisa dihitung dengan jari berapa kali saat-saat ia pulang mengunjungiku. Ia seperti orang asing, ibuku memang sering mengirimiku uang, ya jujur memang aku perlu uang itu. Meskipun begitu aku lebih bahagia jika ia bisa disampingku dan menemaniku seperti ibu-ibu yang lain. Kalau bisa menawar aku tidak perlu ia ada disampingku setiap saat, aku butuh dia saat aku merindukannya, saat aku sakit dan butuh pelukan hangatnya. Sesederhana itu.
Sungguh aku sangat iri dengan teman-temanku yang punya keluarga lengkap.




“Ayah lu ga bisa dateng lagi ke?”

“Iya kayanya dia sibuk”

“Tenang, kan ada mama gua, yuk kita tungguin mama gua didepan” ajak Becky.

Aku tidak terlalu berharap ayahku datang, seperti biasanya ia sering tidak bisa datang karena sibuk, maklumlah ia seorang pebisnis yang pekerjaannya tidak menentu datangnya.

Mama Becky lah yang sering mengambil rapotku dulu saat pembagian rapot, ibunya Becky sudah seperti ibuku, ia sangat perhatian denganku. Aku ingat saat aku kelas dua aku mendapat juara tiga dikelas, tapi aku biasa-biasa saja karena tidak ada ayahku yang melihatku saat memegang piala penghargaan. Hari ini aku harus siap-siap kecewa karena sepertinya ayahku benar-benar tidak bisa datang.

Kami celingak celinguk didepan gerbang mencari mamanya Becky.

“Katanya udah nyampe”

“Mungkin mamamu lagi jajan gorengan di depan beck heheh”

“Becky, Kekee. .” tiba-tiba terdengar suara tante wati, (mamanya Becky) dari samping, yang ternyata ditemani Suminya om Billi.

“Eh om dateng juga” Kamipun menyalaminya.

“Hmm iya ni ke, udah kangen juga sama Becky” kata om billi sambil memeluk bahu Becky.

“Darimana te?”

“Dari toilet, nyari kaca, mau ngerapiin make up ke”

“Ah tante mah dari lahir udah cantik”

“Udah yuk kita masuk, lima belas menit lagi mulai” Ajak Becky.

Hari itu semua siswa perempuan memakai kebaya putih, dan siswa laki-laki memakai jas hitam, tapi ada laki-laki paling tampan dan berkharisma, ia berjalan ke arahku, ia mengenakan kemeja berwarna biru dan celana dasar hitam, sebenarnya dia adalah ayahku hehee. Aku senang sekali ia datang.

“Belum mulai kan ke?”

“Belum pak, duduk disini pak” kupersilahkan ayahku duduk disebelah om billi.

“Iya silahkan pak Hendra” kata om billi dengan ramah.
  Aku dan Becky kembali duduk di kursi khusus pelajar.

Saat bagian kelasku naik ke atas panggung dan mempersembahkan lagu untuk orangtua, aku melihat ayahku dari atas panggung yang sedang berbincang dengan om billi. Aku bahagia tapi kurasa aku akan lebih bahagia jika ada ibuku juga disampingnya. Ah sudahlah, tidak ada gunanya jika aku terus-terusan meratapi nasib. 

Sebulan setelah acara kelulusan aku mengikuti tes SBMPTN,  perguruan tinggi yang kupilih adalah UI (Universitas Indonesia) dan Unsri (Universits Sriwijaya). Becky memilih UI dan Unila. Aku belajar mati-matian agar bisa masuk disana, dan berharap dewi fortunna memihaku. Benar saja aku diterima di UI rasanya aku tidak percaya, aku takut ini hanya mimpi.

Becky yang lebih pintar dariku malah lulus di Unila, sedih rasanya kami harus berpisah.
Tasya dan yelti Lulus di perguruan yang mereka inginkan. Indah merubah keinginannya dari kuliah di UGM berubah haluan untuk kuliah di akademi kebidanan. April masih menjalani teks seleksi. Pada akhirnya kami semua harus berpisah karena jalan masing-masing.

“Aaaaaaaaaaaaa, yes yes yes luluuuus” sambil memegang hp aku melompat-lompat diatas kasur. Ku lihat namaku berkali-kali dipengumuman online di hpku. Rasanya aku tidak sabar untuk cepat-cepat datang ke UI dan kuliah. 

Tapi tak seindah yang kuharapkan, sebelum kuliah kami harus melewati ospek terlebih dahulu. Aku menghadap cermin dan melihat dandananku.

“ternyata gua tetap cantik meskipun dandan kaya orang gila” perasaanku dengan Pdnya berkata begitu.

Aku kuliah di fakultas Psikologi. Kakak-kakak senior memperkenalkan diri dan menanyai kami satu persatu.

“Apa alasan kalian memilih jurusan ini?” tanya salah satu kakak senior.

“bla..bla..bla..bla..” semua orang satu persatu menjelaskan alasan mereka. Hingga tiba giliranku.

“Alasan saya memilih fakultas psikologi , karena saya ingin mengerti dan memahami perasaan seseorang. Saya ingin menjadi psikolog yang bisa membantu menyelesikan masalah-masalah orang yang butuh bantuan saya. Dan didalam hati aku berkata (dan agar saya dapat memahami masalah kedua orangtua saya). Sekian itu saja alasan saya.


“Ya alasan yang bagus sekali, semoga semuanya tercapai dek”

“Makasih kak”

Laki-laki terakhir maju, saat ia melewatiku aku mencium wangi laki-laki bergitar yang kulihat diperpustakaan.

“Alasan saya memilih fakultas psikolog, karena saya ingin memahami perasaan wanita-wanita yang ada di dunia ini”

“Hahahahha” semua orang tertawa, ia tertawa, akupun tidak ketinggalan.

“Hei bercanda kamu ya?” bentak kakak senior perempuan, kami terdiam.

“Kalo ngertiin perasaan kakak bisa gak?” ledeknya dengan genit, suara tawa keluar lagi.

Laki-laki itu sepertinya benar yang kulihat di perpustakaan, Tapi aku belum terlalu yakin.
Matanya indah, bulu matanya lentik, dengan alis yang  hampir menyatu. Bibirnya tipis dan segar, gigi berbehel, hidung mancung, di tambah wajahnya yang oval. Menurutku ia sangat manis, dan kupastikan setiap orang tidak akan pernah bosan memandangnya kecuali jika sesama lelaki, kalo ada laki-laki yang suka mandangin sesama laki-laki, aneh kan? pasti ada kelainan. Tapi aku selalu ingat pepatah yang mengatakan “Jangan pernah tertipu dengan penampilan, karena semua berasal dari dalam hati”.

Dihari pertama kuliah, aku sudah mendapatkan teman baru, hasil dari sok ramah, dan sok care. Meskipun saat aku memberikan senyuman ramah, ada juga yang tidak membalasnya ia hanya memasang wajah congkak dan sombong.  Kalau bisa dibeli, ingin rasanya membeli senyum mahal mereka, jika terlalu mahal akan kuusahakan ngutang dulu, hahaha.
  

Saat pulang, aku melihat laki-laki tadi berjalan bersama temannya yang gak kalah ganteng. tiba-tiba ia berjalan menghampirikudan temannya menunggu diparkiran.

"Kita satu jurusan kan?" tanyanya.
"Iya kenapa? jawabku dengan gugup.
"Kenalin, nama gua Ari "
"Nama gua Keke". 
Waaaw pucuk dicinta ulampun tiba batinku.

"Ini nih temen gua yang disana namanya Jojo, dia mau kenalan tapi malu"
Kulihat temannya menunduk malu-malu

"Terus?"
"Dia mau minta pin BBM lu boleh"
Gua salah sangka, ternyata temennya yang naksir gua buka dia -_-"





BERSAMBUNG. . . .











Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Belum Pasti~